Senin, 23 Mei 2011

man jadda wajada 2


Anda tidak menjadi apa yang Anda inginkan, tapi menjadi apa yang Anda yakini

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kesempatan untuk sukses. Namun, masing-masing mempunyai jalan berbeda untuk mencapainya. Karena itu, tugas kita adalah mencari jalan sukses untuk diri kita sendiri. Kesabaran, kerja keras, dan doa akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang kita hadapi.

Rintangan dan hambatan tidak boleh membuat kita berhenti melangkah. Siapa tahu, dua tiga langkah ke depan sudah tersedia pintu gerbang menuju masa depan kita yang lebih gemilang.

Ingatlah selalu, pintu-pintu keberhasilan bukan hanya satu pintu. Kala satu pintu tertutup, putus asa bukanlah jalan keluar. Karena di sisi lain masih ada pintu yang belum kita ketuk, belum kita coba. Dengan semangat Man Jadda Wajada, yakinkan pada diri sendiri barang siapa serius dia pasti akan sukses.

Apa beda buku ini dengan buku pertama?


Buku pertama menekankan perubahan cara berpikir agar kita bisa mengembangkan pola pikir yang lebih positif yang selalu disertai dengan sikap optimis pula dalam kehidupan.

Buku kedua lebih banyak mengulas apa yang harus dilakukan ketika kita menghadapi hambatan/rintangan saat menerapkan konsep Man Jadda Wajada dalam hidup sehari-hari. Kesulitan itu bagaikan pintu yang tertutup, terkunci rapat. Jangan menyerah dan putus asa…. Bergeraklah terus, geser ke samping, di sana Anda akan menemukan pintu lain yang terbuka lebar – menyiapkan kesuksesan bagi Anda.
Add to wishlist

Anda tidak menjadi apa yang Anda inginkan, tapi menjadi apa yang Anda yakini

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kesempatan untuk sukses. Namun, masing-masing mempunyai jalan berbeda untuk mencapainya. Karena itu, tugas kita adalah mencari jalan sukses untuk diri kita sendiri. Kesabaran, kerja keras, dan doa akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang kita hadapi.

Rintangan dan hambatan tidak boleh membuat kita berhenti melangkah. Siapa tahu, dua tiga langkah ke depan sudah tersedia pintu gerbang menuju masa depan kita yang lebih gemilang.

Ingatlah selalu, pintu-pintu keberhasilan bukan hanya satu pintu. Kala satu pintu tertutup, putus asa bukanlah jalan keluar. Karena di sisi lain masih ada pintu yang belum kita ketuk, belum kita coba. Dengan semangat Man Jadda Wajada, yakinkan pada diri sendiri barang siapa serius dia pasti akan sukses.

Apa beda buku ini dengan buku pertama?


Buku pertama menekankan perubahan cara berpikir agar kita bisa mengembangkan pola pikir yang lebih positif yang selalu disertai dengan sikap optimis pula dalam kehidupan.

Buku kedua lebih banyak mengulas apa yang harus dilakukan ketika kita menghadapi hambatan/rintangan saat menerapkan konsep Man Jadda Wajada dalam hidup sehari-hari. Kesulitan itu bagaikan pintu yang tertutup, terkunci rapat. Jangan menyerah dan putus asa…. Bergeraklah terus, geser ke samping, di sana Anda akan menemukan pintu lain yang terbuka lebar – menyiapkan kesuksesan bagi Anda.
Add to wishlist

Minggu, 15 Mei 2011

KOMIK CONAN 61


KID PENCURI AKAN MUNCUL DI HADAPAN PENGGEMARNYA SELANJUDNYA SEPERTI APAKAH DIA. MELAKUKAN PROSES TELEPORTASI ? DISAMBUNG LAGI KASUS YANG MENIMPA KOLEKTOR MOBIL KLASIK DAN MASALAH PESAWAT KERTAS MISTERIUS YANG MENGGEMPARKAN

KID PENCURI AKAN MUNCUL DI HADAPAN PENGGEMARNYA SELANJUDNYA SEPERTI APAKAH DIA. MELAKUKAN PROSES TELEPORTASI ? DISAMBUNG LAGI KASUS YANG MENIMPA KOLEKTOR MOBIL KLASIK DAN MASALAH PESAWAT KERTAS MISTERIUS YANG MENGGEMPARKAN

Senin, 09 Mei 2011

MUDAHNYA MENGERUK DOLLAR DARI FILE HOSTING


Menghimpun pundi-pundi rupiah dari internet, tidak melulu dimulai dari Paid to Click (PTC).

Ada banyak alternatif bisnis online gratisan, yang dapat dimaksimalkan oleh pemula ketika mengawali kariernya di dunia maya.
Salah satunya dengan memanfaatkan puluhan situs File Hosting yang bertebaran di dunia maya, yang tentunya memberikan penghasilan yang jauh lebih besar ketimbang bisnis-bisnis PTC.

Dalam buku ini dibahas tuntas tentang bagaimana memanfaatkan File Hosting sebagai tambang dollar alternatif, mulai dari mendaftar, mengunggah data hingga mempromosikan data yang kita unggah.

Pembahasan dalam buku mencakup:
- 7 file hosting terbaik saat ini.
- Mengenal menu-menu utama pada file hosting.
- Mengunggah data dengan berbagai macam cara.
- Mempromosikan data yang diunggah.

Menghimpun pundi-pundi rupiah dari internet, tidak melulu dimulai dari Paid to Click (PTC).

Ada banyak alternatif bisnis online gratisan, yang dapat dimaksimalkan oleh pemula ketika mengawali kariernya di dunia maya.
Salah satunya dengan memanfaatkan puluhan situs File Hosting yang bertebaran di dunia maya, yang tentunya memberikan penghasilan yang jauh lebih besar ketimbang bisnis-bisnis PTC.

Dalam buku ini dibahas tuntas tentang bagaimana memanfaatkan File Hosting sebagai tambang dollar alternatif, mulai dari mendaftar, mengunggah data hingga mempromosikan data yang kita unggah.

Pembahasan dalam buku mencakup:
- 7 file hosting terbaik saat ini.
- Mengenal menu-menu utama pada file hosting.
- Mengunggah data dengan berbagai macam cara.
- Mempromosikan data yang diunggah.

Jumat, 06 Mei 2011

BONEKEY


Tahun Baru Winchester bersaudara diganggu serangkaian hantu yang tiba-tiba menggila di Key West. Tahun Baru Winchester bersaudara diganggu serangkaian hantu yang tiba-tiba menggila di Key West.

Curiga kejadian itu ada hubungannya dengan para setan yang keluar dari Gerbang Iblis, Sam dan Dean segera mengunjungi kepulauan di selatan benua Amerika itu.

Dan hantu-hantu orang terkenal menyambut mereka di sana; mulai dari mantan presiden Amerika, pencari harta karun, sampai penulis terkenal, Ernest Hemingway.

Tapi semua itu tidak ada apa-apanya dibanding roh Indian berkekuatan luar biasa yang bangkit untuk membalaskan dendam sukunya. Keadaan yang memburuk memaksa Sam dan Dean menggunakan semua bantuan yang bisa mereka dapat.

Karena semua bergantung pada mereka berdua untuk menyelamatkan penduduk Key West sebelum pulau indah itu berubah menjadi pulau dengan tumpukan tulang.

Tahun Baru Winchester bersaudara diganggu serangkaian hantu yang tiba-tiba menggila di Key West. Tahun Baru Winchester bersaudara diganggu serangkaian hantu yang tiba-tiba menggila di Key West.

Curiga kejadian itu ada hubungannya dengan para setan yang keluar dari Gerbang Iblis, Sam dan Dean segera mengunjungi kepulauan di selatan benua Amerika itu.

Dan hantu-hantu orang terkenal menyambut mereka di sana; mulai dari mantan presiden Amerika, pencari harta karun, sampai penulis terkenal, Ernest Hemingway.

Tapi semua itu tidak ada apa-apanya dibanding roh Indian berkekuatan luar biasa yang bangkit untuk membalaskan dendam sukunya. Keadaan yang memburuk memaksa Sam dan Dean menggunakan semua bantuan yang bisa mereka dapat.

Karena semua bergantung pada mereka berdua untuk menyelamatkan penduduk Key West sebelum pulau indah itu berubah menjadi pulau dengan tumpukan tulang.

WAY OF SHADOWS


The Way of Shadows is book one in Brent Week’s Night Angel series. This was one of those books I picked from the bookstore at random. I’d never heard of Brent Weeks or the series. All I knew was it was sitting in the Sci Fi/ Fantasy section and was about an assassin. I bought the entire trilogy in one shot, hoping that I would at least find it mildly engaging because otherwise I had just wasted 20 bucks that I probably should have used for gas money. Not only was I pleasantly surprised, I was hooked.

Azoth is trying to eke out a meager existence as a street rat. His attention is focused on not getting beat into a bloody mess and trying to make sure he and his two friends don’t starve to death on the stinking streets of the Warrens. But he has dreams beyond the slums. If he could land an apprenticeship with the most deadly assassin in Cenaria, Durzo Blint, then he would never have to fear anything ever again

The Way of Shadows is book one in Brent Week’s Night Angel series. This was one of those books I picked from the bookstore at random. I’d never heard of Brent Weeks or the series. All I knew was it was sitting in the Sci Fi/ Fantasy section and was about an assassin. I bought the entire trilogy in one shot, hoping that I would at least find it mildly engaging because otherwise I had just wasted 20 bucks that I probably should have used for gas money. Not only was I pleasantly surprised, I was hooked.

Azoth is trying to eke out a meager existence as a street rat. His attention is focused on not getting beat into a bloody mess and trying to make sure he and his two friends don’t starve to death on the stinking streets of the Warrens. But he has dreams beyond the slums. If he could land an apprenticeship with the most deadly assassin in Cenaria, Durzo Blint, then he would never have to fear anything ever again

DEAD LUCKY


In his autobiography Dead Lucky: Life After Death on Mount Everest, Australian mountaineer and journalist Lincoln Hall recounts the journey that led him to, and got him down, a near-fatal trek to Mount Everest’s summit in May of 2006. In this heart-wrenching tale, Hall carries the reader step-by-step through his emotionally and physically draining expedition. In the end, Hall survives by choosing family over death. Hall states in his author’s notes that Dead Lucky was the most difficult book he’s ever written, not because of the traumatizing memories he had to recall, but because of eight severely frostbitten fingers. But like any good journalist, Hall found a way to tell his story.

In 2006, Hall and his family had just returned from a three-year stint living in Singapore and were back in the Blue Mountain area of Australia. Hall reclaimed his editing job at Outdoor Australia magazine in Sydney, and was busy in the throws of work, family, and book writing. Then came the call from Michael Dillon, an adventure cameraman who had been on Everest with Hall in 1984 when he was forced to retreat just shy of the summit due to frostbite. Dillon was putting together a team to accompany Christopher Harris, a 14-year-old Australian climber who was attempting to be the youngest person to summit Everest. Dillon asked Hall to come along and film the journey.

After talking it over with his wife and family, Hall accepted the invitation. The fact that he never reached the summit some 22 years ago still haunted him. If he failed to reach the summit this time, he would humbly accept defeat. Hall also assured himself that his intentions were pure. He had a job to do. “As a cameraman, my role was to record our climb of Everest, a far safer motivation that an obsession with the summit. My own dreams of summiting remained a shadow in the wings, but if Christopher Harris succeeded in his attempt to be the youngest person to climb to the peak, I hoped to be beside him, filming history.”

The group soon set out to make history, and Hall’s dream of summiting this harrowing mountain did not remain a shadow in the wings for long. This is where one of the major themes in the book breaks through the surface: What limits do you set on personal ambitions when you are on the job? After weeks of acclimatization and hiking from Base Camp to Intermediate Camp to Advance Base Camp, they were ready to set out for the North Col, which lies at 23,200 ft. But fate dealt an unfortunate hand that morning, as Christopher suffered a “collapse,” or severe drop in blood pressure, and was forced to retreat. Richard and Mike chose to stay back with Christopher, but encouraged Hall to keep trekking.

After debating his decision, and literally writing out the pros and cons of continuing to the summit, Hall decided to move forward, claiming he owed it to Barbara, himself, and his boys. His job as Christopher’s cameraman was over, but his personal need to reach the summit was unrelenting. Another theme emerges with this decision: How far will adventure journalists go to get their story? Where do you draw the line? Hall was knowingly risking his life. But to him, there was no other choice.

Hall reached the summit around 9 a.m. on May 25, 2006. He remembers, “The weather was perfect, with only a few harmless clouds in the around the lower peaks and some more solid cover to the west. Everything was good. Everything was going according to plan.” Hall and four accompanying Sherpas began to descend Everest. Hall quickly began to unravel. The extreme lack of Oxygen at such a high altitude began to take a toll on his mind and body. He began to exhibit symptoms of cerebral edema, a potentially fatal fluid accumulation in the brain. The Sherpas tried to help him down, but his hallucinations got the best of him, and he refused their help. With only a few hours of sunlight left, the Sherpas were ordered to leave Hall, as they would likely die if they spent a night on the summit. Hall was pronounced dead that night.

The next morning a few climbers stumbled upon Hall sitting on the edge of the summit. He had done the absolute impossible. He survived a night alone on the summit. His vivid hallucinations began to subside, and he was able to make it down the mountain with the assistance of various climbers and Sherpas.

Hall’s story reveals a common theme among many adventure journalists. They are so passionate about their adventure, that living to tell their story is not their first priority. They risk their lives to reach the unreachable, defeat the undefeatable. His story immediately drew multitudes of media attention from all over the globe. As a journalist, he knew what to expect: media outlets portraying the best story, not necessarily the true story. So Hall decided that he—frostbitten and all—would tell the story himself

In his autobiography Dead Lucky: Life After Death on Mount Everest, Australian mountaineer and journalist Lincoln Hall recounts the journey that led him to, and got him down, a near-fatal trek to Mount Everest’s summit in May of 2006. In this heart-wrenching tale, Hall carries the reader step-by-step through his emotionally and physically draining expedition. In the end, Hall survives by choosing family over death. Hall states in his author’s notes that Dead Lucky was the most difficult book he’s ever written, not because of the traumatizing memories he had to recall, but because of eight severely frostbitten fingers. But like any good journalist, Hall found a way to tell his story.

In 2006, Hall and his family had just returned from a three-year stint living in Singapore and were back in the Blue Mountain area of Australia. Hall reclaimed his editing job at Outdoor Australia magazine in Sydney, and was busy in the throws of work, family, and book writing. Then came the call from Michael Dillon, an adventure cameraman who had been on Everest with Hall in 1984 when he was forced to retreat just shy of the summit due to frostbite. Dillon was putting together a team to accompany Christopher Harris, a 14-year-old Australian climber who was attempting to be the youngest person to summit Everest. Dillon asked Hall to come along and film the journey.

After talking it over with his wife and family, Hall accepted the invitation. The fact that he never reached the summit some 22 years ago still haunted him. If he failed to reach the summit this time, he would humbly accept defeat. Hall also assured himself that his intentions were pure. He had a job to do. “As a cameraman, my role was to record our climb of Everest, a far safer motivation that an obsession with the summit. My own dreams of summiting remained a shadow in the wings, but if Christopher Harris succeeded in his attempt to be the youngest person to climb to the peak, I hoped to be beside him, filming history.”

The group soon set out to make history, and Hall’s dream of summiting this harrowing mountain did not remain a shadow in the wings for long. This is where one of the major themes in the book breaks through the surface: What limits do you set on personal ambitions when you are on the job? After weeks of acclimatization and hiking from Base Camp to Intermediate Camp to Advance Base Camp, they were ready to set out for the North Col, which lies at 23,200 ft. But fate dealt an unfortunate hand that morning, as Christopher suffered a “collapse,” or severe drop in blood pressure, and was forced to retreat. Richard and Mike chose to stay back with Christopher, but encouraged Hall to keep trekking.

After debating his decision, and literally writing out the pros and cons of continuing to the summit, Hall decided to move forward, claiming he owed it to Barbara, himself, and his boys. His job as Christopher’s cameraman was over, but his personal need to reach the summit was unrelenting. Another theme emerges with this decision: How far will adventure journalists go to get their story? Where do you draw the line? Hall was knowingly risking his life. But to him, there was no other choice.

Hall reached the summit around 9 a.m. on May 25, 2006. He remembers, “The weather was perfect, with only a few harmless clouds in the around the lower peaks and some more solid cover to the west. Everything was good. Everything was going according to plan.” Hall and four accompanying Sherpas began to descend Everest. Hall quickly began to unravel. The extreme lack of Oxygen at such a high altitude began to take a toll on his mind and body. He began to exhibit symptoms of cerebral edema, a potentially fatal fluid accumulation in the brain. The Sherpas tried to help him down, but his hallucinations got the best of him, and he refused their help. With only a few hours of sunlight left, the Sherpas were ordered to leave Hall, as they would likely die if they spent a night on the summit. Hall was pronounced dead that night.

The next morning a few climbers stumbled upon Hall sitting on the edge of the summit. He had done the absolute impossible. He survived a night alone on the summit. His vivid hallucinations began to subside, and he was able to make it down the mountain with the assistance of various climbers and Sherpas.

Hall’s story reveals a common theme among many adventure journalists. They are so passionate about their adventure, that living to tell their story is not their first priority. They risk their lives to reach the unreachable, defeat the undefeatable. His story immediately drew multitudes of media attention from all over the globe. As a journalist, he knew what to expect: media outlets portraying the best story, not necessarily the true story. So Hall decided that he—frostbitten and all—would tell the story himself

GENGHIS KHAN SANG PENAKLUK



Buku berkualitas harga hemat

Kondisi msh seperti baru..
harga diluar ongkir ya..

Novel ini Ilustrasi dalam full color, juga ada peta nya loh..

Abarat – Rp 99.000

Jual Novel Kondisi mulus



Sinopsis : Peristiwanya berawal di tempat paling membosankan di
dunia: Chickentown, U.S.A. Kota yang lebih banyak dihuni ayam daripada manusia.
Di sinilah Candy Quackenbush tinggal. Dan ia bertanya-tanya, seperti apakah
masa depannya nanti.

Jawabannya datang secara tak terduga. Pertemuan mendadak dengan John Mischief
(dia punya 7 saudara yang tinggal di tanduk-tanduk di kepalanya), dan
kemunculan Laut Izabella entah dari mana, membawa Candy ke dunia lain.

Dunia bernama ABARAT: kepulauan luas yang tiap pulaunya memiliki jam berbeda.
Mulai dari Pulau Yebba Dim Day yang jamnya selalu Jam Delapan Malam, Pulau
Nonce yang indah dan selalu berada pada Jam Tiga Siang, sampai Pulau Gorgossium
alias Pulau Tengah Malam yang dihuni oleh Christopher Carrion sang Pangeran
Tengah Malam sendiri.





Abarat: Siang-siang Magis, Malam-malam Peperangan - Days of Magic,
Nights of War – Rp 115.000

Jual Novel Kondisi mulus


Sinopsis : Petualangan-petualangan
Candy Quackenbush di Abarat kini semakin aneh dan menegangkan. Christopher
Carrion, sang Penguasa Tengah Malam, telah mengirimkan kaki-tangannya untuk
menangkap Candy. Kenapa? Apa yang dikehendaki Carrion dari gadis asal Minnesota
ini? Dan kenapa Candy mulai merasa bahwa Abarat bukanlah dunia yang asing
baginya? Dia bahkan bisa mengucapkan kata-kata bertuah yang entah kapan pernah
dipelajarinya.

Ini misteri besar. Dan Carrion, bersama neneknya yang jahat, Mater Motley,
curiga bahwa siapa pun Candy sebenarnya, dia bisa menghancurkan rencana-rencana
mereka untuk menguasai Abarat.

Kini teman-teman Candy mesti berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan Candy
dari cengkeraman Carrion, dan Candy mesti memecahkan misteri masa lalunya
sebelum kekuatan Malam dan Siang berperang dan Tengah Malam Total melingkupi
seluruh kepulauan itu.

Sebentar lagi pecah perang yang penghabisan. Dan Candy harus menentukan
pilihan-pilihan yang akan mengubah hidupnya selamanya


Total Rp 214.000 disc 40% = Rp 128.000





***** ***** (Kenapa link tidak tertampil sempurna ? klik sini »)
/Cerita-Fiksi/Suspense/56909-Treasure-of-Genghis-Khan---Misteri-Khan-Sang-Penakluk.html">Treasure of Genghis Khan - Misteri Khan Sang Penakluk – Clive Cussler – Rp 69.900 disc 40% =
Rp 42.000

Jual Novel Kondisi mulus


name="sinopsis">SINOPSIS BUKU - Fakta: Agustus 1281, Dermaga
Hakata, Jepang. Armada laut Kubilai Khan (cucu Genghis Khan) hancur terempas
badai. Invasi ke Jepang pun gagal. Ini kekalahan Mongol yang terburuk sejak era
Genghis Khan. Dalam kurun waktu satu dekade, dominasi kekaisaran Mongol runtuh.
Dan pada 1294, Kubilai Khan dikabarkan menemui ajalnya.

Agustus 1937, Shang-Tu, Cina. Seorang arkeolog Inggris menemukan sebuah kotak kayu
yang diduga berisi diagram lokasi rahasia makam Genghis Khan. Sayangnya, ia
tewas setelah pesawatnya ditembak jatuh oleh pesawat militer Jepang.

Juni 2007, Danau Baikal, Siberia. Dirk Pitt nyaris tewas saat menyelamatkan
sebuah tim survei minyak dari amukan gelombang pasang. Tim survei itu kemudian
diculik dan kapal riset Pitt nyaris karam. Setelah itu, kontak-kontak senjata
pun bergulir dan memakan banyak korban.

Semua kejadian itu berhubungan dengan seorang bangsawan Mongol misterius yang
ingin memulihkan kembali kejayaan moyangnya, Genghis Khan—penguasa dan penakluk
terbesar sepanjang masa, yang memimpin kekaisaran raksasa yang membentang dari
Samudra Pasifik hingga Laut Kaspia. Sang bangsawan juga menyimpan sebuah
rahasia kelam tentang Genghis Khan yang akan menuntunnya mewujudkan mimpi
besarnya menaklukkan dunia...


Buku berkualitas harga hemat

Kondisi msh seperti baru..
harga diluar ongkir ya..

Novel ini Ilustrasi dalam full color, juga ada peta nya loh..

Abarat – Rp 99.000

Jual Novel Kondisi mulus



Sinopsis : Peristiwanya berawal di tempat paling membosankan di
dunia: Chickentown, U.S.A. Kota yang lebih banyak dihuni ayam daripada manusia.
Di sinilah Candy Quackenbush tinggal. Dan ia bertanya-tanya, seperti apakah
masa depannya nanti.

Jawabannya datang secara tak terduga. Pertemuan mendadak dengan John Mischief
(dia punya 7 saudara yang tinggal di tanduk-tanduk di kepalanya), dan
kemunculan Laut Izabella entah dari mana, membawa Candy ke dunia lain.

Dunia bernama ABARAT: kepulauan luas yang tiap pulaunya memiliki jam berbeda.
Mulai dari Pulau Yebba Dim Day yang jamnya selalu Jam Delapan Malam, Pulau
Nonce yang indah dan selalu berada pada Jam Tiga Siang, sampai Pulau Gorgossium
alias Pulau Tengah Malam yang dihuni oleh Christopher Carrion sang Pangeran
Tengah Malam sendiri.





Abarat: Siang-siang Magis, Malam-malam Peperangan - Days of Magic,
Nights of War – Rp 115.000

Jual Novel Kondisi mulus


Sinopsis : Petualangan-petualangan
Candy Quackenbush di Abarat kini semakin aneh dan menegangkan. Christopher
Carrion, sang Penguasa Tengah Malam, telah mengirimkan kaki-tangannya untuk
menangkap Candy. Kenapa? Apa yang dikehendaki Carrion dari gadis asal Minnesota
ini? Dan kenapa Candy mulai merasa bahwa Abarat bukanlah dunia yang asing
baginya? Dia bahkan bisa mengucapkan kata-kata bertuah yang entah kapan pernah
dipelajarinya.

Ini misteri besar. Dan Carrion, bersama neneknya yang jahat, Mater Motley,
curiga bahwa siapa pun Candy sebenarnya, dia bisa menghancurkan rencana-rencana
mereka untuk menguasai Abarat.

Kini teman-teman Candy mesti berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan Candy
dari cengkeraman Carrion, dan Candy mesti memecahkan misteri masa lalunya
sebelum kekuatan Malam dan Siang berperang dan Tengah Malam Total melingkupi
seluruh kepulauan itu.

Sebentar lagi pecah perang yang penghabisan. Dan Candy harus menentukan
pilihan-pilihan yang akan mengubah hidupnya selamanya


Total Rp 214.000 disc 40% = Rp 128.000





***** ***** (Kenapa link tidak tertampil sempurna ? klik sini »)
/Cerita-Fiksi/Suspense/56909-Treasure-of-Genghis-Khan---Misteri-Khan-Sang-Penakluk.html">Treasure of Genghis Khan - Misteri Khan Sang Penakluk – Clive Cussler – Rp 69.900 disc 40% =
Rp 42.000

Jual Novel Kondisi mulus


name="sinopsis">SINOPSIS BUKU - Fakta: Agustus 1281, Dermaga
Hakata, Jepang. Armada laut Kubilai Khan (cucu Genghis Khan) hancur terempas
badai. Invasi ke Jepang pun gagal. Ini kekalahan Mongol yang terburuk sejak era
Genghis Khan. Dalam kurun waktu satu dekade, dominasi kekaisaran Mongol runtuh.
Dan pada 1294, Kubilai Khan dikabarkan menemui ajalnya.

Agustus 1937, Shang-Tu, Cina. Seorang arkeolog Inggris menemukan sebuah kotak kayu
yang diduga berisi diagram lokasi rahasia makam Genghis Khan. Sayangnya, ia
tewas setelah pesawatnya ditembak jatuh oleh pesawat militer Jepang.

Juni 2007, Danau Baikal, Siberia. Dirk Pitt nyaris tewas saat menyelamatkan
sebuah tim survei minyak dari amukan gelombang pasang. Tim survei itu kemudian
diculik dan kapal riset Pitt nyaris karam. Setelah itu, kontak-kontak senjata
pun bergulir dan memakan banyak korban.

Semua kejadian itu berhubungan dengan seorang bangsawan Mongol misterius yang
ingin memulihkan kembali kejayaan moyangnya, Genghis Khan—penguasa dan penakluk
terbesar sepanjang masa, yang memimpin kekaisaran raksasa yang membentang dari
Samudra Pasifik hingga Laut Kaspia. Sang bangsawan juga menyimpan sebuah
rahasia kelam tentang Genghis Khan yang akan menuntunnya mewujudkan mimpi
besarnya menaklukkan dunia...

TENLIT : TOUCH


Selain kemampuan aneh yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain lewat sentuhan, Riska memiliki kehidupan normal layaknya siswi SMA biasa. Tapi semua berubah sejak kedatangan Pak Yunus, guru pengganti, dan perkenalannya dengan Indra yang dingin dan Dani si juara kelas.

Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touché alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus sendiri. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus.

Dengan segala kemampuan mereka, Riska, Dani, dan Indra pun berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelamatkan guru mereka.

Selain kemampuan aneh yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain lewat sentuhan, Riska memiliki kehidupan normal layaknya siswi SMA biasa. Tapi semua berubah sejak kedatangan Pak Yunus, guru pengganti, dan perkenalannya dengan Indra yang dingin dan Dani si juara kelas.

Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touché alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus sendiri. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus.

Dengan segala kemampuan mereka, Riska, Dani, dan Indra pun berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelamatkan guru mereka.
 

About

Site Info

Anda ingin membuat sms gratis seperti ini Klik di sini

GRAMEDIA KEDIRI Copyright © 2009 Community is Designed by Bie Converted To Community Galleria by Cool Tricks N Tips