Senin, 28 November 2011

DUA TANGIS RIBUAN TAWA




JAKARTA - Produktivitas Dahlan Iskan tak jua pudar. Kali ini, mantan dirut PLN ini meluncurkan buku "Dua Tangis dan Ribuan Tawa".


Dahlan mengatakan, ini adalah buku ke delapan yang pernah dihasilkannya. "Tapi, ini adalah buku pertama sejak saya jadi dirut PLN," ujarnya saat launching tadi malam (2/11).

Launching yang dilakukan di kompleks supermall Gandaria City, Jakarta Selatan, ini dihadiri sekitar 100 orang, baik dari karyawan PLN maupun pengunjung mall.

Menurut Dahlan, bukunya tersebut merupakan kumpulan tulisannya semasa masih menjabat dirut PLN. Tulisan bertajuk CEO Notes tersebut ditampilkan di website PLN, juga dimuat di Jawa Pos. "Kira-kira, setiap dua minggu sekali saya menulis CEO Notes," katanya.

Dahlan mengatakan, tulisan menjadi sarana paling efektif dan efisien untuk menjangkau 50 karyawan PLN yang tersebar di seluruh Indonesia. "Komunikasi seperti ini sangat penting agar pikiran-pikiran pemimpin tertinggi di perusahaan, bisa menjangkau seluruh karyawan, bahkan hingga level terbawah. Tapi, jujur saja, saya akan lebih bahagia jika saya masih menjadi dirut PLN ketika buku ini diluncurkan," ucapnya.

Sebenarnya, lanjut dia, masih banyak CEO Notes yang belum masuk dalam buku tersebut. "Jadi, kalau nanti laris, Insya Allah akan ada edisi ke dua," ujarnya disambut tawa pengunjung.

Terkait judul "Dua Tangis dan Ribuan Tawa", kata Dahlan, diambil dari salah satu tulisannya ketika 6 bulan menjabat sebagai dirut PLN. "Selama enam bulan itu, saya menangis dua kali, tapi bisa tertawa bahagia ribuan kali," ucapnya.

"Jadi, selama di PLN, saya menangis tiga kali. Yang ke tiga ketika saya harus meninggalkan PLN karena ditunjuk menjadi menteri BUMN," katanya, kali ini disambut riuh tepuk tangan hadirin



JAKARTA - Produktivitas Dahlan Iskan tak jua pudar. Kali ini, mantan dirut PLN ini meluncurkan buku "Dua Tangis dan Ribuan Tawa".


Dahlan mengatakan, ini adalah buku ke delapan yang pernah dihasilkannya. "Tapi, ini adalah buku pertama sejak saya jadi dirut PLN," ujarnya saat launching tadi malam (2/11).

Launching yang dilakukan di kompleks supermall Gandaria City, Jakarta Selatan, ini dihadiri sekitar 100 orang, baik dari karyawan PLN maupun pengunjung mall.

Menurut Dahlan, bukunya tersebut merupakan kumpulan tulisannya semasa masih menjabat dirut PLN. Tulisan bertajuk CEO Notes tersebut ditampilkan di website PLN, juga dimuat di Jawa Pos. "Kira-kira, setiap dua minggu sekali saya menulis CEO Notes," katanya.

Dahlan mengatakan, tulisan menjadi sarana paling efektif dan efisien untuk menjangkau 50 karyawan PLN yang tersebar di seluruh Indonesia. "Komunikasi seperti ini sangat penting agar pikiran-pikiran pemimpin tertinggi di perusahaan, bisa menjangkau seluruh karyawan, bahkan hingga level terbawah. Tapi, jujur saja, saya akan lebih bahagia jika saya masih menjadi dirut PLN ketika buku ini diluncurkan," ucapnya.

Sebenarnya, lanjut dia, masih banyak CEO Notes yang belum masuk dalam buku tersebut. "Jadi, kalau nanti laris, Insya Allah akan ada edisi ke dua," ujarnya disambut tawa pengunjung.

Terkait judul "Dua Tangis dan Ribuan Tawa", kata Dahlan, diambil dari salah satu tulisannya ketika 6 bulan menjabat sebagai dirut PLN. "Selama enam bulan itu, saya menangis dua kali, tapi bisa tertawa bahagia ribuan kali," ucapnya.

"Jadi, selama di PLN, saya menangis tiga kali. Yang ke tiga ketika saya harus meninggalkan PLN karena ditunjuk menjadi menteri BUMN," katanya, kali ini disambut riuh tepuk tangan hadirin

PLEASE LOOK AFTER MOM




Awalnya saya tertarik dengan buku ini karena sering di-mention di Twitter. Katanya bukunya bagus. Jadi sewaktu melihatnya di toko buku Gramedia, langsung saja saya beli, barengan sama buku “2″ karya Donny Dhirgantoro. Resensinya menyusul ya, setelah resensi buku ini .

“Please Look After Mom” ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang kehilangan sosok ibu. Seorang suami yang kehilangan isterinya, anak-anak yang kehilangan ibunya.

Ceritanya berawal ketika sang ibu hilang di stasiun kereta di Seoul saat hendak pergi ke rumah anaknya bersama suaminya. Saat suaminya sadar bahwa isterinya tidak ikut masuk ke dalam kereta bersamanya, semuanya sudah terlambat. Isterinya hilang entah ke mana. Dan sejak saat itu tak pernah ditemukan lagi.

Dari kejadian hilangnya sang ibu, perlahan satu per satu anggota keluarganya mulai teringat akan kenangan-kenangan mereka bersama Ibu. Cerita dibagi atas 4 bagian yang masing-masing ditulis berdasarkan pada pandangan 4 tokoh, yaitu Chi Hon, Hyong Chol, sang Ayah, dan Ibu sendiri.

Uniknya dari buku ini, bagian Chi Hon dan Ayah ditulis dengan menggunakan subyek “kamu”, seolah penulis ingin menyentil hati setiap pembacanya bahwa kita sama seperti mereka dalam hal memperlakukan ibu.

Chi Hon digambarkan sebagai seorang anak yang berkarir sebagai penulis terkenal, namun sering lupa menghubungi ibunya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, sering mengasari dan bahkan tidak memedulikan ibunya. Sedangkan Ayah digambarkan sebagai seorang suami yang kurang bertanggung jawab terhadap keluarga dan seringkali tidak menghargai isterinya.

Dan ada Hyong Chol yang merupakan anak pertama sekaligus anak kesayangan ibu. Karena melihat betapa menderitanya ibu, maka dia berjanji untuk menjadi seorang jaksa. Hanya saja, Hyong Chol tidak pernah menjadi jaksa.

Secara keseluruhan, karakter dari ketiga tokoh tersebut mencerminkan perilaku yang seringkali kita lakukan terhadap sosok ibu. Dan cerita ini seolah ingin mengingatkan kepada para pembaca betapa pentingnya kehadiran dan peranan seorang ibu, betapa besar cinta seorang ibu untuk anak-anak dan suaminya, meskipun seringkali dikecewakan dan disakiti. Namun yang terpenting adalah buku ini seakan meminta pembacanya untuk selalu menjaga, mengharagi dan mencintai sosok ibu dalam kehidupannya.



Awalnya saya tertarik dengan buku ini karena sering di-mention di Twitter. Katanya bukunya bagus. Jadi sewaktu melihatnya di toko buku Gramedia, langsung saja saya beli, barengan sama buku “2″ karya Donny Dhirgantoro. Resensinya menyusul ya, setelah resensi buku ini .

“Please Look After Mom” ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang kehilangan sosok ibu. Seorang suami yang kehilangan isterinya, anak-anak yang kehilangan ibunya.

Ceritanya berawal ketika sang ibu hilang di stasiun kereta di Seoul saat hendak pergi ke rumah anaknya bersama suaminya. Saat suaminya sadar bahwa isterinya tidak ikut masuk ke dalam kereta bersamanya, semuanya sudah terlambat. Isterinya hilang entah ke mana. Dan sejak saat itu tak pernah ditemukan lagi.

Dari kejadian hilangnya sang ibu, perlahan satu per satu anggota keluarganya mulai teringat akan kenangan-kenangan mereka bersama Ibu. Cerita dibagi atas 4 bagian yang masing-masing ditulis berdasarkan pada pandangan 4 tokoh, yaitu Chi Hon, Hyong Chol, sang Ayah, dan Ibu sendiri.

Uniknya dari buku ini, bagian Chi Hon dan Ayah ditulis dengan menggunakan subyek “kamu”, seolah penulis ingin menyentil hati setiap pembacanya bahwa kita sama seperti mereka dalam hal memperlakukan ibu.

Chi Hon digambarkan sebagai seorang anak yang berkarir sebagai penulis terkenal, namun sering lupa menghubungi ibunya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, sering mengasari dan bahkan tidak memedulikan ibunya. Sedangkan Ayah digambarkan sebagai seorang suami yang kurang bertanggung jawab terhadap keluarga dan seringkali tidak menghargai isterinya.

Dan ada Hyong Chol yang merupakan anak pertama sekaligus anak kesayangan ibu. Karena melihat betapa menderitanya ibu, maka dia berjanji untuk menjadi seorang jaksa. Hanya saja, Hyong Chol tidak pernah menjadi jaksa.

Secara keseluruhan, karakter dari ketiga tokoh tersebut mencerminkan perilaku yang seringkali kita lakukan terhadap sosok ibu. Dan cerita ini seolah ingin mengingatkan kepada para pembaca betapa pentingnya kehadiran dan peranan seorang ibu, betapa besar cinta seorang ibu untuk anak-anak dan suaminya, meskipun seringkali dikecewakan dan disakiti. Namun yang terpenting adalah buku ini seakan meminta pembacanya untuk selalu menjaga, mengharagi dan mencintai sosok ibu dalam kehidupannya.

Selasa, 15 November 2011

RADIO GALAU FM


frequensi patah dan cinta yang kandas

frequensi patah dan cinta yang kandas

The Story book of Just alvin

 

About

Site Info

Anda ingin membuat sms gratis seperti ini Klik di sini

GRAMEDIA KEDIRI Copyright © 2009 Community is Designed by Bie Converted To Community Galleria by Cool Tricks N Tips